Rabu, Mei 27, 2009
0


LANGIT senja muaro,tak pernah seindah langit sumpur kudus.tanah kelahiran yang slalu
terkenang, sejauh aku melangkah keluar rumah.setiap senja langit sumpur kudustak pernah sepi.tidak seperti langit senja muaro.
Surat ayah tergeletak lesu di meja.surat yang datang kesekian kali,

setelah surat-surat yang lalu mendesak ku untuk pulang.hingga malam larut,aku masih takut membukanya.bukan pulang ke sumpur kudus yang aku takutkan,sesungguhnya.rindu datang memintalku terbilang-bilang. Tetapi aku tetap saja tak berani membuka surat itu.aku takut itu justru menambah rasa kangen dan bersalah ku pada ibu,juga sumpur.aku pandangi surat itu.buka dan baca lah bila kamu masih menganggap mereka bagian dari hidupmu. Baca lah surat itu agar dapat kau nikmati kembali masa kecil mu.bukan kah muaro tak mampu memberi mu kebahagian yang lebih,juga kehidupan sempurna. Darahku berdesir.karena di sanalah tangis pertama ku terdengar.pelan,aku sentuh surat tergeletak lesu dimeja.aku himpun seribu kekuatan untuk bisa membaca surat itu. Perasaan kangen dan kecintaan tumbuh merayap dalam benak.Ah,mengapa perasaan galau datang seperti hendak membunuh ku?aku senantiasa takut hingga berhari-hari,bahkan sampai melewatkan minggu.surat itu masih tetap tergeletak di atas meja. Tubuh ku nyeri.mata ku menjadi berkunang-kunang membaca tulisan surat itu.ayah juga tidak menyuruh ku pulang.tetapi tiga kata itu jelas membuat ku terperangkap.aku cinta ibu.ibu adalah kekasih sejatiku.
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar